Renungan Seorang Guru:
Di Balik Kenakalan Ada Amanah
Ketika anak itu kembali berteriak,
Melempar pulpen, mengganggu temannya,
Dan tatapan dari guru lain mulai menghakimi—
Aku terdiam sejenak, menarik napas panjang,
Lalu bertanya dalam hati,
"Untuk apa aku di sini?"
Aku di sini bukan hanya untuk mengajar angka dan huruf,
Tapi untuk memahami jiwa-jiwa kecil yang belum mengerti arah.
Aku bukan sekadar pengawas kelas,
Tapi penjaga fitrah dan cahaya masa depan mereka.
Mereka yang "nakal",
Bukan beban,
Tapi ladang amal yang belum selesai dipanen.
Tugasku bukan menghukum tanpa cinta,
Tapi membimbing dengan sabar dan doa.
Aku mulai sadar...
Bahwa guru bukan hanya profesi,
Tapi posisi suci,
Yang diberi amanah langsung oleh Tuhan:
Membentuk manusia.
Bukan sekadar pintar,
Tapi utuh jiwanya.
Dan jika kelak, anak yang dulu “nakal” itu
Berdiri tegak di hadapan dunia,
Menyebut namaku dalam doanya—
Maka semua letih dan luka itu terbayar lunas.
Karena aku bukan hanya pendidik,
Aku adalah penanam akhlak,
Penyiram harapan,
Dan penjaga jalan pulang bagi anak-anak yang hampir tersesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar