Teori Belajar & Pembelajaran — Ringkasan Modul Pedagogik (Topik 2)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pada topik ini kita mempelajari teori belajar dan pembelajaran—khususnya aliran behavioristik dan tokoh-tokohnya—dengan perhatian pada konsep stimulus-respon, penguatan, dan implikasinya pada praktik pendidikan.
Teori Behavioristik — Gambaran Umum
Behaviorisme melihat belajar sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat interaksi antara stimulus (apa yang diberikan guru/lingkungan) dan respon (reaksi siswa). Aspek pentingnya adalah bahwa perubahan tersebut harus dapat diamati dan diukur.
Konsep utama
- Stimulus: bahan, tugas, strategi, atau situasi yang diberikan.
- Respon: tindakan atau perubahan perilaku siswa setelah menerima stimulus.
- Penguatan: penguat positif (hadiah, motivasi) atau negatif yang memperkuat/respon.
- Tujuan: menghasilkan perilaku yang dapat diamati, terukur, dan konsisten.
Edward Thorndike — Koneksionisme
Thorndike menjelaskan belajar sebagai pembentukan koneksi antara stimulus dan respon—oleh karena itu disebut koneksionisme. Ia merumuskan tiga hukum penting:
- Hukum latihan: hubungan stimulus–respon menjadi kuat bila sering digunakan.
- Hukum akibat: tindakan yang menghasilkan kepuasan cenderung diulang; yang tidak menyenangkan cenderung ditinggalkan.
- Hukum kesiapan: proses belajar berjalan baik ketika siswa memiliki kesiapan (mental & konteks) untuk belajar.
Contoh klasik: eksperimen kucing di dalam kotak—pergerakan acak sampai menemukan cara yang benar (trial & error).
Watson & Pavlov — Classical Conditioning
Watson mengadopsi pendekatan stimulus-respon yang ketat: hanya tingkah laku yang dapat diamati yang dianggap penting. Pavlov meneliti asosiasi kondisi (mis. bunyi—makanan—respons), yang dikenal sebagai classical conditioning.
Contoh eksperimen Pavlov: anjing mengasosiasikan bunyi bel dengan makanan sehingga akhirnya bunyi saja sudah menghasilkan respons (mengeluarkan air liur).
B. F. Skinner — Operant Conditioning
Skinner menekankan peran operant conditioning—perilaku diikuti penguatan atau hukuman yang memengaruhi kemungkinan perilaku terjadi lagi. Skinner menggunakan alat eksperimen seperti kotak Skinner (dengan tuas/tombol dan penguat).
Temuan penting
- Penguatan positif (reward) meningkatkan frekuensi perilaku.
- Penguatan negatif (menghilangkan stimulus tidak menyenangkan) juga dapat memperkuat perilaku.
- Tanpa penguatan, perilaku yang dipelajari akan menurun atau hilang.
Kelemahan Teori Behavioristik
Meskipun berguna, teori ini memiliki beberapa keterbatasan:
- Tidak menjelaskan proses mental internal seperti pemahaman, kreativitas, atau motivasi intrinsik.
- Cenderung membuat pembelajaran linier dan berpusat pada guru (kurang mendorong kreativitas siswa).
- Kurang menjawab variasi emosi dan kebutuhan individual setiap siswa.
- Penguatan eksternal (mis. uang) tidak selalu menghasilkan motivasi berkelanjutan.
Penerapan Positif dalam Pendidikan
Beberapa praktik berguna yang diambil dari behaviorisme:
- Penggunaan instrumen observasi dan tes untuk mengukur perubahan perilaku/kemampuan.
- Pemberian latihan dan pengulangan materi agar respons menjadi permanen.
- Penggunaan penguatan positif (pujian, penghargaan, sertifikat) untuk memotivasi.
- Menjamin kesiapan siswa (apersepsi, konteks, kondisi mental) sebelum pembelajaran dimulai.
Kesimpulan
Teori behavioristik (Thorndike, Watson, Pavlov, Skinner) menekankan hubungan stimulus-respon dan peran penguatan dalam pembelajaran. Sementara teori ini memberikan kerangka kuat untuk evaluasi, latihan, dan penguatan, pendidik saat ini perlu menggabungkannya dengan pendekatan yang menghargai aspek mental, emosional, dan kreativitas siswa.
Semoga ringkasan ini bermanfaat. Maaf bila ada kekurangan. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar